Jumat, 12 Agustus 2016

Renungan Pagi Advent : 13 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

Renungan Pagi Advent : 13 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

“PELAJARAN LAIN  TENTANG  KEDATANGAN  KEDUA  KALI”

“Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan pada waktu itu pun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit” (Markus 13:26-27).

Kuasa-kuasa dan peringatan-peringatan Yesus di Matius 24:1-41 banyak dan berharga. Michael Green meringkas pelajaran-pelajaran dalam perikop itu dengan cara membantu kita untuk mengerti.

Pertama, dia catat, kembalinya Kristus adalah secara pribadi maupun pasti.

Kedua, sejarah akan bergejolak. Bukan tanpa makna atau serampangan. Juga bukan suatu putaran waktu tanpa akhir.  “Akan ada akhir yang nyata sebagaimana akan ada awal yang nyata. Dan pada akhirnya kita akan menemukan bukan siapa-siapa kecuali Yesus Kristus.”

Ketiga, kembalinya Kristus menunjukkan kepada kemenangan yang baik atas yang jahat, kemenangan tujuan Allah atas pemberontakkan manusia dan alam semesta.

Keempat, kembalinya berarti akan ada pemulihan. “Akan ada ciptaan baru, surga dunia yang baru, di mana hanya kebaikan saja yang tinggal” (lihat 2 Ptr. 3:11-13; Why. 21:1-5).

Kelima, kembalinya Yesus menunjuk kepada penghakiman dan pemisahan. Beberapa akan di bawa dan beberapa ditinggalkan (Mat. 24:40, 41). Itu merupakan saat ketika rahasia pikiran dari hati dan tabiat paling terpendam akan diketahui semua orang.

Keenam, kembalinya Kristus adalah peristiwa yang pasti. Menandakan akhir zaman, peristiwa itu akan mengantar masuk kepada kepenuhan kerajaan, waktu untuk pertobatan dan perubahan akan berlalu selamanya.

Ketujuh, kembalinya akan tiba-tiba dan tidak diharapkan seperti terpancarnya kilat dilangit (ayat 27). “Sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat.”

Terakhir, kembalinya Yesus akan terjadi pada saat yang hanya diketahui Allah Bapa (ayat 36). Para pengkhotbah tidak mengetahui waktunya, juga para murid. Bahkan Yesus dalam keadaan penjelmaan-Nya tidak mengetahui. Allah dalam kebijaksanaan-Nya menyadari saat terbaik untuk mengakhiri  sejarah bumi. Sementara itu, umat Kristen harus setia menghadapi penderitaan dan kesengsaraan (ayat 13) dan berjaga sementara mereka menunggu kembalinya Juruselamat mereka (ayat 42).

Kepada topik berjaga dan kesiapan inilah Yesus kembali dalam bagian kedua khotbah besar-Nya tentang kedatangan kedua-Nya. Dia membicarakan bagaimana para pengikut-Nya seharusnya menjalani hidup sambil menunggu kedatangan-Nya kembali yang pasti.

Dan dengan pergeseran penekanan itu kita harus “memasang telinga,” ketika Tuhan memberi kepada kita pengetahuan yang berharga yang kita sangat butuhkan sewaktu kita melakukan perjalanan menuju akhir zaman.


Kamis, 11 Agustus 2016

Renungan Pagi Advent: Jumat 12 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

Renungan Pagi Advent: Jumat 12 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

“PELAJARAN DARI POHON ARA”

“Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu,bahwa musim panas sudah dekat, sudah di ambang pintu…. Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian halnya pula kelak pada kedatangan Anak Manusia…. Mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua” (Matius 24:32-39).

Dalam Matius 24:32-36, Yesus memberikan kita dua kebenaran besar mengenai pengetahuan manusia tentang Kedatangan Kedua Kali. Yang  pertama adalah pelajaran dari pohon ara – sejenis pohon golongan kecil di Palestina di abad pertama yang gugur daun-daunnya di musim dingin. Sebagaimana munculnya daun-daun baru menunjukkan bahwa musim panas tiba, begitu pula umat Kristen yang peka dapat memberitahu kapan munculnya Kristus yang sudah dekat (ayat 33). Sebaliknya, mereka tidak pernah tahu waktunya yang tepat (ayat 36).

Yesus  selanjutnya memberi  ilustrasi  tentang Nuh. Sebagaimana orang-orang “makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,” begitu juga halnya dengan kedatangan Anak Manusia (ayat 38).

Sebagian besar keterangan ayat ini secara tidak langsung menunjukkan tanda Nuh sebagai kejahatan besar di dunia, tetapi itu mungkin bukan satu-satunya interprestasi. Pengertian kejahatan yang besar berhubungan dengan Kejadian 6:5, yang menyatakan bahwa di zaman Nuh, TUHAN melihat, “bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecendrungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Tetapi, perhatikan, bahwa Kejadian 6:5, yang menyatakan sudut pandang Allah.

Matius 24:37-39 juga dapat dibaca sebagai sudut pandang manusia. Melalui sudut pandang itu, teks tersebut sekedar mengatakan bahwa kehidupan di zaman akhir akan bergulir  seperti biasa di mata sebagian besar orang. Bagaimananpun, makan dan minum dan kawin adalah kegiatan-kegiatan moral. Hanya berlebihannya pada zaman Nuh dan akan terjadi secara berlebihan tidak sebelum Kedatangan Ke-dua yang  menjadikannya hal-hal tersebut kacau-balau. Tetapi kebanyakan orang, termasuk banyak dari mereka di dalam gereja, tanpa ragu akan memusatkan pada kenyataan bahwa kehidupan tampaknya berjalan seperti biasa-biasa saja sampai “kejutan besar.” Mereka tidak melihat apa-apa yang luar biasa.

Interprestasi itu berhubungan dengan ayat yang membandingkan Kedatangan Kedua Kali sebagai kedatangan seorang pencuri (misalnya 1 Tes. 5:2). Itu pun selaras dengan Matius 24:40-41, yang mengindikasikan tiba-tibanya perpisahan antara yang diselamatkan dan yang tidak diselamatkan.


Tuhan, berikan saya mata untuk melihat pohon-pohon ara dan kejadian-kejadian di bumi melalui sudut pandang-Mu.

Rabu, 10 Agustus 2016

Renungan Pagi Advent: Kamis, 11 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

Renungan Pagi Advent: Kamis, 11 Agustus 2016  “Pandanglah Pada Yesus”

“TANDA  YERUSALEM (BAGIAN 2)”

“Apabila kamu melihat Yerusalem di kepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis…. Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” (Lukas 21: 20-24).

Kemarin kita mulai menjelajahi peringatan-peringatan yang berupa ramalan dari Yesus yang memungkinkan para pengikut-Nya lolos dari kehancuran kota Yerusalem. Jalannya kejadian-kejadian itu sendiri memungkinkan umat Kristen mengindahkan peringatan-Nya.

Di bulan Agustus 66 M., Cestius (duta Romawi di Syria) menyerang Yerusalem, kemudian mundur karena beberapa alasan yang tidak diketahui, padahal kemenangan sudah ada dalam genggamannya. Kemudian di tahun 67 M. dan 68 M. Vespasian menaklukkan Galilea dan Yudea, tetapi menangguhkan kepungan atas Yerusalem karena kematian Kaisar Nero. Setelah musim semi dan musim panas tahun 70 M. barulah Yerusalem dikepung dan dihancurkan oleh putra Vespasian, Titus. Suatu ktika dalam jeda  antara kerusuhan di tahun 66 M. dan penghancuran di tahun 70 M., Eusebius (263-339 M.) memberitahu kita, “Anggota-anggota gereja Yerusalem, melalui ramalan yang diberikan melalui pewahyuan orang-orang yang dapat diterima di sana, diperintahkan untuk meninggalkan kota sebelum peperangan mulai [sesungguhnya] dan menetap disebuah kota di Perae yang disebut Pella. Ke Pella mereka yang percaya kepada Kristus berpindah dari Yerusalem” (Ecclesiastical History 3.5.3).

Dengan demikian umat Kristen mengikuti peringatan Yerusalem dalam Matius 24, Lukas 21, dan nabi yang tidak bernama yang dicatat oleh Eusebius, melarikan diri dari kota itu dan terhindar dari nasib kota itu. Kedua, penghancuran dan penyelamatan umat Kristen dari musibah adalah tanda-tanda yang besar sekali artinya mengenai kedatangan ke-dua kali Yesus dan kesudahan dunia. Dalam konteks Matius 24 tanda-tanda tersebut berfungsi sebagai jamainan dari pembinasaan dunia yang penuh dosa dan terutama penyelamatan mereka yang percaya kepada Yesus.

Ellen White meringkaskannya dengan baik ketika dia menulis bahwa “nubuatan Juruselamat tentang pelaksanaan penghakiman terhadap Yerusalem akan digenapi lagi, diantaranya kehancuran yang menakutkan itu yang hanya tinggal sebagai satu bayangan. Dalam kemusnahan kota pilihan itu kita melihat kebinasaan  dunia yang menolak kasih karunia Allah da menginjak-injak hukum-Nya…. Akan tetapi pada hari itu, seperti pada waktu kebinasaan Yerusalem, umat Allah akan diselamatkan” (Alfa dan Omega, jld. 8. Hlm. 34).
 Puji Tuhan karena pemeliharaan-Nya.


Selasa, 09 Agustus 2016

“TANDA YERUSALEM (BAGIAN 1)”

Renungan Pagi Advent: Rabu, 10  Agustus   2016  “Pandanglah Pada Yesus”

“TANDA  YERUSALEM (BAGIAN 1)”

“Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel – para pembaca hendaklah  memperhatikannya – maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan…. Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat” (Matius 24:15-22).

Kita harus memperhatikan bahwa Matius 24 mempunyai satu tanda lain berisi banyak sekali yang tepat – yaitu mengenai penghancuran Yerusalem dan Bait Allah, suatu tanda dari penghakiman dan penghancuran  seluruh dunia pada Kedatangan Ke- dua.

Yesus meramalkan bahwa penghancuran Bait Allah akan menyeluruh – “tidak satu bata pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain” (ayat 2). Josefus, sejarahwan Yahudi, yang mengalami kejadian tersebut, menggambarkan penderitaan yang hampir tak terbayangkan selama saat-saat terakhir dari pengepungan selama enam bulan itu. Bukan saja dia menyatakan lebih dari satu juta orang  Yahudi tewas, tetapi bahwa bangsa Romawi membawa hamper 100.000 lagi sebagai tahanan. Kelaparan begitu buruk sehingga seorang ibu dilaporkan membunuh anaknya sendiri, memanggang dan memakannya (Wars 6.3.4). Jendral Romawi Titus akhirnya memerintahkan seluruh kota, termasuk komplek Bait Allah, dihancurkan, dengan demikian  menggenapkan ramalam Kristus dari ayat 2.

Tetapi para umat Kristen tidak menderita nasib yang sama seperti  bangsa Yahudi itu yang menolak Yesus sebagai Mesias. Umat Kristen mendapat anjuran Kristus yang sekarang kita temukan dalam Matius 24. Ayat-ayat 15-22 rupanya secara khusus ditujukan ke jatuhnya Yerusalem dan memberi pengarahan kapan umat percaya harus meloloskan diri.

Umat Kristen di Yerusalem bukan saja disiagakan terhadap krisis penghancuran Yerusalem  yang akan datang oleh tanda umum mengenai peperangan dan berita-berita perang , tetapi mereka secara khusus dianjurkan supaya “apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus , menurut  firman yang  disampaiakan oleh nabi Daniel [9:27]” maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan (ayat 16). Penyampaian Lukas sari perikop ini lebih menjelaskan artinya: “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota haruslah mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis” (Lukas 21:20-22).

Besok kita akan pelajari bagaimana menerima FIrman Yesus yang menyelamatkan umat percaya di Yerusalem.


Senin, 08 Agustus 2016

Renungan Pagi Advent: Selasa 09 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

Renungan Pagi Advent: Selasa 09 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

“LEBIH BANYAK  LAGI TENTANG  TANDA-TANDA”

“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya…. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia…. Pada waktu itu akan tampak  tanda Anak Manusia di langit  dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (Matius 24:14- 30).

Kalau kita membaca perikop di atas dengan seksama, maka kita akan menemukan bahwa setidaknya ada tiga tanda dalam Matius 24 yang jauh lebih tepat berhubungan  dengan Kedatangan Kedua Kali ketimbang gempa bumi dan peperangan berulang kali terjadi yang kita temukan dalam ayat 5-8. Yang pertama muncul di ayat 14, yaitu pekabaran Injil ke seluruh dunia. Hal itu tentu saja kedengaran tantangan yang mustahil bagi beberapa orang Galilea yang pertama-tama mendengarnya. Tetapi gereja Kristen dengan gencar menyebar ke seluruh bagian Kekaisaran Romawi dan melampauinya. Dan semenjak lahirnya misi modern dua abad yang lalu, Kekristenan telah menjadi paling berorientasi menjangkau keluar dibanding keyakinan lain. Ajaran Kristen telah menembus pojok-pojok paling jauh di bumi ini. Tetapi tugas penginjilan belum selesai. R.H. Mounce rupanya benar ketika menyatakan bahwa “hanya apabila gereja sudah menyelesaikan misi penginjilan di seluruh dunia, maka parousia (Kedatangan Kedua Kali) tidak akan ditunda lagi.”

Tanda nyata kedua dari kesudahan disampaikan dalam ayat 24, yang menggambarkan kedatangan Kristus sebagai halilintar yang kelihatan di seluruh muka bumi. Tetapi, tanda itu, bukanlah menyatakan kiamat sudah dekat. Sebaliknya, tanda itu menunjukkan prosesnya sedang berlangsung.

Kita menemukan satu-satunya peristiwa yang sesungguhnya disebut dalam Matius 24: 30-31 yaitu “Tanda dari Anak Manusia” akan muncul di langit. Sekali lagi, itu bukan sesuatu yang menunjuk kepada dekatnya kedatangan Yesus, karena itu akan terjadi ketika Dia datang di awan-awan  “dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” diiringi “malaikat-malaikat-Nya” dan “sangkakala yang dahsyat bunyinya,” kebangkitan orang mati, dan diangkatnya umat percaya yang hidup (1 Tes. 4:16, 17; 1 Kor. 15:51-54).

Dengan pola Matius 24 itu, rupanya tanda-tanda sebenarnya bukanlah tanda-tanda tentang dekatnya, tetapi tanda-tanda sesungguhnya datangnya Kristus. Tanda-tanda dengan tepat mendorong umat  percaya untuk tetap berjaga dan memerhatikan sampai tiba hari tersebut.

Harapan sepanjang masa adalah kembalinya Yesus di awan-awan surga . peristiwa itulah yang memungkinkan umat Kristen di sepanjang masa dan di mana pun untuk mengalami keselamatan sepenuhnya. Tidak  mengherankan Paulus menyeruhkannya sebagai “pengharapan kita yang penuh bahagia” (Tit. 2:13).


Minggu, 07 Agustus 2016

Renungan Pagi Advent: Senin, 08 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

Renungan Pagi Advent: Senin, 08 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

“Fungsi  Tanda-Tanda”

“Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru” (Matius 24:4-8).

Kita semua mau mendapat tanda yang  tak dapat disangkal lagi bahwa Tuhan akan berada di sini dalam waktu tiga bulan, atau bahkan tiga hari. Indikasi demikian akan merangsang kita untuk beranjak dari tempat duduk dan mulai sungguh-sungguh membuat persiapan untuk peristiwa itu.

Dengan jelas dan tepat bahwa tanda yang demikian tidak pernah Yesus berikan. Dan merupakan alasan yang baik.

Di dalam kitab-kitab Injil, kita menemukan kepemimpinan Yahudi berulang kali meminta Yesus memberikan berbagai tanda. Tetapi setelah Dia lama dalam pelayanan-Nya, barulah para murid-Nya melakukan yang sama. Mereka tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan campur baurnya berita membingungkan tentang penghancuran Yerusalem dan Kedatangan Kedua Kali. Akibatnya, Yesus memberi mereka sebuah daftar panjang tanda-tanda yang dimulai dalam Matius 24:5. Daftar itu termasuk munculnya kristus-kristus palsu, peperangan dan berita peperangan, bangsa melawan bangsa, kelaparan dan gempa bumi.

Yang patut disayangkan, tanda-tanda itu tidak memberi kita informasi khusus tentang akhir zaman. Selalu. Selalu ada mesias-mesias palsu, gempa bumi, kelaparan, dan peperangan. Apa yang harus disimpulkan dalam kejadian-kejadian itu, terutama berdasarkan pernyataan yang sering terabaikan dalam ayat 6 dan 8? Ayat 6 memberitahu kita bahwa tanda-tanda demikian seharusnya tidak menggelisakan kita. Semua itu adalah bagian alam, “tetapi itu belum kesudahannya.” Dengan kata lain, semua kejadian itu adalah indikasi bahwa kesudahan itu mendekat, namun kejadian-kejadian itu bukanlah tanda-tanda nyata kesudahan. Ayat 8 menguatkan pemikiran itu dengan ajaran bahwa “semuanya itu barulah permulaan menjelang penderitaan baru.”

Rupanya hal itu mirip dengan tanda pelangi yang Allah berikan kepada Nuh sebagai tanda yang harus dikenang. Tiap kali umat Allah melihat pelangi, mereka teringat perjanjian-Nya. Begitu juga peperangan, kelaparan dan gempa bumi. Masing-masing itu adalah peringatan bahwa bumi ini sakit dan bukti bahwa Allah yang setia dan menepati janji sebelum selesai dengan rencana penyelamatan-Nya. Masing-masing tanda itu adalah sebuah janji bahwa Kistus akan datang lagi untuk menyelesaikan penyelamatan “ umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1:21). Setiap bintang jatuh, setiap penghianatan kepercayaan, tiap tsunami dan gempa bumi, memberitahu kita bahwa walau pekerjaan Yesus belum selesai. Dia akan datang lagi untk menyelamatkan umat-Nya.


Sabtu, 06 Agustus 2016

Renungan Pagi Advent: 07 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

Renungan Pagi Advent: 07 Agustus 2016 “Pandanglah Pada Yesus”

“PELAJARAN LAIN TENTANG KEDATANGAN KEDUA KALI”

“Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (Matius 24:3)

Kita mencatat kemarin bahwa para murid bingung tentang hubungan kehancuran Bait Allah dan Kedatangan Kedua Kali. Andaikan saya Yesus, maka saya akan menjelaskan kepada mereka pokok pembicaraan itu dan memberitahu mereka bahwa kedua peristiwa itu masih akan datang tetapi 2.000 tahun akan berlalu antara kedua kejadian itu.

Tetapi Yesus tidak mengikuti logika saya. Jawaban-Nya memadukan kedua kejadian dan tanda-tandanya dengan satu cara yang umat Kristen sulit luruskan. Kita bertanya-tanya jalan pemikiran Yesus dan strategi-Nya, padahal Dia dapat menjelaskan segala-galanya. Satu hal yang dapat kita katakan dengan pasti adalah Dia dengan sengaja menggabungkan kedua kejadian itu dalam penjelasan-Nya.

Tetapi mengapa? Pasal tersebut tidak memberi alasannya kepada kita. Yang paling penting di antara alasan itu adalah bahwa Yesus bukan sekedar mencoba memberitahu kita kapan kesudahan itu akan tiba, tetapi juga menyiagakan para pendengar-Nya bahwa mereka harus hidup dalam pengharapan yang berkesinambungan sementara mereka menanti-nantikan kesudahan itu. Tujuan itu menjadi jelas ketika Matius  24 mendekati akhir dan masuk ke dalam anjuran untuk bersedia dan berjaga (ayat 36, 42, 44, 50). Perumpamaan-perumpamaan besar di pasal 25 yang membentuk kesimpulan khotbah, dimulai dalam pasal 24 dan berlanjut menyampaikannya pelajaran agar menunggu dengan setia dan penuh tanggung jawab bekerja sementara para pengikut Kristus menunggu akhir zaman.

Alasan kedua untuk strategi mengajar Yesus adalah bahwa dengan berbuat begitu para pembaca dipaksa untuk secara berkelanjutan memikirkan kembali ajaran-ajaran-Nya tentang Kedatangan Kedua Kali ketika mereka mempelajari yang Dia maksudkan. Pendekatan semacam itu mirip dalam beberapa penggunaan perumpamaan-Nya. Dalam Matius 13:10-15, Yesus  mengisyaratkan bahwa Dia mengajar dalam perumpamaan-perumpamaan daripada dalam bahasa yang terus terang karena cara mengajar demikian akan memaksa mereka yang sungguh-sungguh berminat untuk menggumuli arti sesungguhnya tentang apa Dia katakan, dengan demikian menjadikan makna itu bagian mereka sendiri.


Sebagai hasilnya, ambiguitas beberapa pernyataan-Nya telah membuat para pembaca bergumul dengan makna khusus dan arti yang dibicarakan. Akibatnya adalah suatu kesadaran dan minat yang terus bergulir dalam hal Kedatangan Kedua Kali. Teknik ini telah membantu orang-orang mengenal maksud utama khotbah-Nya – untuk berjaga dan bersiap, karena mereka benar-benar tidak mengetahui waktu kedatangan sang Guru.